Manado, Koranmanadonews.com- Bank SulutGo (BSG) sebagai salah satu dari 10 Bank Pembangunan Daerah (BPD) terbaik di Indonesia dalam kategori pelayanan prima dalam Survei Infobank Service Excellence Award.
Dari 27 BPD, BSG berhasil masuk 10 besar sejajar dengan BPD ternama lainnya di tingkat nasional.
Adapun 10 BPD dengan pelayanan terbaik tahun 2025:
Bank Jateng
Bank Kalsel
Bank Sumsel Babel
Bank Nagari
Bank DKI
Bank SUMUT
Bank Sulselbar
Bank Kaltimtara
Bank Jatim
Bank SulutGo
Direktur Utama BSG Revino Pepah, menyampaikan terima kasih atas kepercayaan nasabah dan masyarakat Provinsi Sulawesi Utara dan Gorontalo.
“Prestasi ini adalah hasil dari kerja keras dan komitmen kami dengan pelayanan prima untuk terus melayani nasabah,” ungkap Pepah.
Lanjutnya, Kemampuan BSG dalam membangun kepercayaan publik di daerah, serta memperkuat peran sebagai bank daerah yang adaptif dan responsif, menjadi faktor penting dalam meraih skor tinggi dalam survei layanan prima Infobank.
Menurut Biro Riset Infobank, loan at risk (LAR) perbankan menunjukkan peningkatan dari 8,90% pada September 2024 menjadi 9,72 persen pada Januari 2025, lalu naik 9,77 persen pada Februari 2025 dan menjadi 9,86 persen per Maret 2025. Untuk itu, bank-bank juga perlu memperkuat cadangan kerugian penurunan nilai (CKPN) untuk mengantisipasi potensi lonjakan non-performing loan (NPL) maupun mewaspadai kredit dengan perhatian khusus. Para bankir juga menyediakan solusi lindung nilai (hedging) untuk nasabah korporasi eksportir agar terlindungi dari volatilitas rupiah.
Dari sisi liabilities, bank-bank juga harus memperkuat manajemen likuiditasnya secara ketat serta memastikan kecukupan likuiditas valas. Beberapa tahun terakhir, persaingan merebut dana masyarakat makin kencangan, tidak hanya antar produk perbankan, seperti simpanan dan pinjaman, tapi juga Surat Berharga Negara (SBN) yang dikeluarkan pemerintah maupun Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) yang dikeluarkan Bank Indonesia (BI).
Imbal hasil (yield) yang lebih menarik membuat investor lebih memilih untuk membeli SBN atau SRBI. Imbasnya, dana yang seharusnya parkir di perbankan dan digunakan untuk investasi di sektor swasta berkurang karena digunakan untuk pengeluaran pemerintah atau investasi publik. Gejala crowding out di Indonesia sudah terlihat antara lain karena utang pemerintah terus menggunung hingga menembus Rp8.813 triliun per Desember 2024 dan harus dilunasi ketika jatuh tempo. Belum lagi utang Bank Indonesia (BI) yang mencapai Rp922,4 triliun dan liabities badan usaha milik negara (BUMN) yang sebesar Rp6.957 triliun.
Dari anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) sebesar Rp3.621,3 triliun pada 2025, sebagian besar yaitu Rp1.350 triliun atau 37,85% belanja negara digunakan untuk membayar utang yang terdiri dari cicilan pokok Rp800,3 triliun, dan bunga Rp 552,9 triliun. Pemerintah pun selalu memilih “jalan pintas” untuk membayar utang yang mulai jatuh tempo dengan debt switch.
Dilihat dari hal tersebut, BSG dinilai berhasil menjaga kualitas pelayanannya melalui inovasi layanan digital, pendekatan personal terhadap nasabah, serta penguatan tata kelola internal.
Tak hanya itu, BSG juga ikut ambil bagian dalam mendorong inklusi keuangan di wilayah timur Indonesia, khususnya di Sulawesi Utara dan Gorontalo, dengan memperluas jangkauan layanan dan terus memperkuat literasi keuangan masyarakat.
BSG berizin dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) juga sebagai perbankan peserta Lembaga Penjamin Simpanan (LPS). (theo)