Disampaikannya, secara bulanan, terdapat kenaikan harga 0,21 persen (mtm) terutama berasal dari Beras kerena kendala dalam proses pengeringan gabah seiring curah hujan tinggi. Di sisi lain, daging babi menjadi penahan inflasi karena jumlah stok yang terjaga di pedagang dan peternak. Angkutan Udara menjadi penahan inflasi selanjutnya seiring pembukaan rute oleh maskapai Low Cost Carrier Jakarta – Manado.
Sebagai langkah pengendalian inflasi maka dilakukan Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) yang merupakan bentuk nyata sinergi antara Bank Indonesia, Pemerintah Pusat, dan Pemerintah Daerah dalam menjaga stabilitas harga pangan.
“Strategi koordinasi di daerah terus dipererat dengan pendekatan 4K yaitu keterjangkauan harga, ketersediaan pasokan, kelancaran distribusi, dan komunikasi efektif,” ucap Supratikto.
Lebih lanjut, guna memastikan keterjangkauan harga komoditas pangan dilakukan Gerakan Pasar Murah (GPM) dan Fasilitasi Distribusi Pangan (FDP) berupa subsidi ongkos transportasi. Secara lebih sistematis, untuk memperlancar ketersediaan pasokan dan kelancaran distribusi dilakukan Kerjasama Antar Daerah (KAD) baik antar Kab/Kota di Sulut maupun antar Provinsi.
“Sebagai upaya untuk menyampaikan berbagai pesan komunikasi ke semua pihak secara efektif, TPID Provinsi maupun Kab/Kota di Sulut telah melaksanakan High Level Meeting (HLM) secara periodik untuk membahas isu strategis pengendalian inflasi, serta capacity building TPID Provinsi dan Kabupaten/Kota se-Sulawesi Utara. TPID juga melakukan sosialisasi optimisme perekonomian untuk mendukung persepsi positif di masyarakat,” pungkas Joko. (ferry)