Dengan Teknologi AI, Tim Dosen UNHAN Berhasil Ungkap Fenomena Rip Current di Pantai Drini Yogyakarta 

Kolonel Laut Dr Gentio Harsono

Semarang, Koranmanadonews.com-Luar biasa! Tim Peneliti Dosen Universitas Pertahanan RI yang dipimpin Kolonel Laut Dr Gentio Harsono dari Fakultas Strategi Pertahanan, baru-baru ini. berhasil mengidentifikasi anatomi permukaan arus balik atau sering dikenal dengan Rip Current di Pantai Drini Yogyakarta.

‎RIP Current di kawasan wisata Pantai Drini, Gunungkidul, Yogyakarta diketahui telah menyeret 13 pelajar SMP saat bermain dan berenang di Pantai Drini, Selasa (28/01/2025) lalu.

Bacaan Lainnya

Saat itu, tiga pelajar ditemukan dalam kondisi meninggal dunia, dan satu korban lainnya ditemukan meninggal sehari kemudian.

“Kejadian wisatawan terseret akibat Rip Current sering terjadi di obyek wisata pantai di Selatan Jawa, terutama saat liburan sekolah tiba. Ini menegaskan pentingnya mitigasi risiko dan edukasi keselamatan bagi wisatawan akan bahaya Rip Current,” ungkap Kolonel Laut Dr Gentio, Selasa, (06/10/2025).

‎Langkah-langkah strategis seperti pemasangan rambu peringatan, peningkatan pengawasan petugas keselamatan pantai, serta sosialisasi kepada masyarakat mengenai bahaya arus laut ini harus menjadi prioritas guna meminimalkan korban jiwa di masa mendatang.

‎Sukses mengungkap fenomena ini, dipaparkan Tim Peneliti Dosen Unhan yang juga beranggotakan Dr Martinus Dwi Nugroho dan Dr Haposan Simatupang, pada acara Pekan Ilmiah Tahunan Ikatan Sarjana Oseanologi Indonesia (PIT ISOI) di Kampus Undip Tembalang Semarang, awal pekan ini.

Identifikasi Rip Current menggunakan teknik Optical Flow untuk melihat pola arus yang menjauhi garis pantai dan teknik You Only Look Once (YOLO) Versi 8 untuk mendeteksi orang atau pengunjung serta anatomi permukaan Rip Currentnya sendiri.

“Rip Current diidentifikasi berdasarkan pergerakan gelombang di pantai. yaitu memiliki ciri gelombang tenang di antara dua zona ombak pecah. Arus ini umumnya kuat dan terarah mengalir menjauhi pantai. Rip Current ditemukan memanjang menegak dengan garis pantai, melewati zona selancar, dan melewati garis pecahnya ombak pantai,” jelas Dr Gentio, jebolan Ilmu Kelautan Undip, Teknik Kelautan IPB dan Jepang ini.

‎Guna melihat kemunculan fenomena Rip Current tersebut, dua buah kamera resolusi 2560x 1440 pixel dipasang pada tempat yang tinggi pada dua buah sisinya. Dari kedua teknik tersebut, hasilnya digabung dalam satu video yang dalam media sosial dikenal Face Recognition. Validasi arus dilakukan dengan cara menghanyutkan pelampung merah dan berbendera merah yang dipantau menggunakan kamera yang telah dipasang.

‎Penelitian dosen ini berhasil mengidentifikasi anatomi permukaan Rip Current di Pantai Drini yang terjadi setiap waktu dengan lebar dan panjang bentuk Rip Current berbeda beda dengan presisi hingga 95% (mAP: 0,95). Umumnya bentuk Rip Current akan melebar saat air pasang dan menyempit saat air surut. Kecepatan arus terpantau saat air surut tercatat 0,3-0,5 m/s terjadi pada poros utama Rip Current.

‎Pada saat air laut surut umumnya terjadi antara Pukul 06.00 – 08.00 WIB, para wisatawan sering bermain dan mandi di pantai dengan mencari tempat yang lebih dalam, yang berpotensi terseret ke tengah akibat arus balik tersebut, seperti kejadian terseretnya 13 siswa, meskipun larangan mandi telah diumumkan berulangkali oleh petugas Satlinmas Resque Istimewa Yogyakarta.

‎”Diharapkan, hasil penelitian ini bisa menjadi alat peringatan dini bagi wisatawan akan bahaya Rip Current secara real time, guna mencegah adanya korban wisatawan hanyut,” harap Kolonel Laut Dr Gentio Harsono.(*fer)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *